Kamis, 07 November 2013

RUMUS-RUMUS FISIKA (KALORI)

Di posting ini saya ingin berbagi tentang rumus-rumus fisika tentang kalori.

Kalori adalah bentuk energi yang berpindah karena perubahan suhu (Δt).

1. Kalor Jenis

Q=m\times c \times\Delta\! t

Keterangan :
\!Q  = Kalor yang di terima suatu zat (Joule, Kilojoule, Kalori, Kilokalori)
\!m = Massa zat (Gram, Kilogram)
\!c   = Kalor Jenis (Joule/Kilogram°C, Joule/gram°C, Kalori/gram°C)
\Delta\!t = Perubahan suhu (°C) → (t2 - t1)

Untuk mencari kalor jenis, rumusnya adalah:

\!c=\frac{Q}{\!m\times\Delta\!t}
Untuk mencari massa zat, ruumusnya adalah:

\!m=\frac{Q}{\!c\times\Delta\!t}

2. Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh benda untuk menaikkan suhunya 1°C.
Rumus kapasitas kalor:

\!H=\frac{Q}{\Delta\!t}

\!H=\frac{\!m\times\!c\times\Delta\!t}{\Delta\!t}

\!H=\!m\times\!c

Keterangan:
\!Q = Kalor yang diterima suatu zat ( Joule, Kilojoule, kalori, Kilokalori)
\!H = Kapasitas kalor (Joule/°C)
\!m = Massa zat (Gram, Kilogram)
\!c =  Kalor Jenis (Joule/Kilogram°C, Joule/gram°C, Kalori/gram°C)
\Delta\!t = Perubahan suhu  Perubahan suhu (°C) → (t2 - t1)

3. Kalor Lebur

\!Q=\!m\times\!L

Keterangan:
\!Q = Kalor yang diterima suatu zat ( Joule, Kilojoule, kalori, Kilokalori)
\!m = Massa zat (Gram, Kilogram)
\!L = Kalor lebur zat (Joule/Kilogram, Kilojoule/kilogram. Joule/gram)

4. Kalor Uap

\!Q=\!m\times\!U

Keterangan:
\!Q = Kalor yang diterima suatu zat ( Joule, Kilojoule, kalori, Kilokalori)
\!m = Massa zat (Gram, Kilogram)
\!U = Kalor uap zat (Joule/Kilogram, Kilojoule/kilogram, Joule/gram)

5. Asas Black

\!Q_{terima}=\!Q_{lepas}  Asas Black : Jumlah kalor yang diterima sama dengan jumlah kalor yang di lepas.


Semoga bermanfaat

Sumber : Buku Fisika SMP&SMA

UPAYA PELESTARIAN HUTAN MANGROVE

Dalam posting kali ini saya akan menuliskan bagaimana cara kita melestarikan lingkungan, yaitu dengan melestarikan hutan mangrove atau juga bisa disebut hutan Bakau.

Hutan mangrove adalah hutan hujan tropis yang hidup dan tumbuh di sepanjang pantai berlumpur atau lempung atau gambut atau berpasir dan selalu digenangi oleh air laut secara berkala dan mempunya zona vegetasi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya. Hutan mangrove terdapat di sepanjang pantai di daerah teluk dangkal, muara sungai, delta, bagian terlindung dari anjung dan selat. peranan hutan mangrove sangat penting karena merupakan suatu ekosistem yang memiliki multifungsi yang penting bagi kehidupan (Baehaqi. A dan Indrawan, 1993).

- Penyebab Kerusakan Ekosistem Mangrove
Seperti kita ketahui, hutan mangrove merupakan tipe ekosistem peralihan darat dan laut yang mempunyai multifungsi, yaitu selain sebagai sember daya potensial bagi kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi, sosial juga merupakan pelindung pantai dari hempasan ombak. Oleh karena itu dalam usaha pengembangan ekonomi kawasan mangrove seperti pembangkit tenaga listrik, lokasi rekreasi, pemukiman dan sarana perhubungan serta pengembangan pertanian, pangan, perkebunan, perikanan dan kehutanan harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan kelestarian sumber daya wilayah pesisir. Sumber daya mangrove terus meningkat. Secara garis besar ada dua faktor penyebab kerusakan hutan mangrove, yaitu:

1. Faktor manusia
    Yang merupakan faktor paling dominan penyebab kerusakan hutan mangrove dalam hal pemanfaatan lahan yang berlebihan.
2. Faktor alam
    Seperti banjir, kekeringan dan hama penyakit, yang merupakan faktor penyebab yang reatif kecil (TirtaKusumah, 1994).

- Upaya Pelestarian Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove yang rusak dapat di pulihkan dengan cara restorasi/rehabilitasi. Restorasi di pahami sebagai usaha mengembalikan kondisi lingkungan kepada kondisi semula secara alami. campur tangan manusia diusahakan sekecil mungkin terutama dalam memaksakan keinginan untuk menumbuhkan jenis mangrove tertentu menurut yang dipahami/diingini manusia. Dengan demikian, usaha restorasi semestinya mengandung makna memberi jalan/peluang kepada alam untuk mengatur/memulihkan dirinya sendiri. Kita manusia pelaku mencoba membuka jalan dan peluang serta mempercepat proses pemulihan terutama karena dalam beberapa kondisi, kegiatan restorasi secara fisik akan lebih murah dibanding kita memaksakan usaha penanaman mangrove secara langsung. Restorasi perlu di pertimbangkan ketika suatu sistem telah berubah dalam tingkat tertentu sehingga tidak dapat lagi memperbaiki kondisinya secara alami dalam waktu 15 - 20 tahun jika:

1. Kondisi normal hidrologi tidak terganggu, dan
2. Kertersediaan biji dan bibit serta jarak tidak terganggu atau terhalangi.

Jika kondisi hidrologi adalah normal atau mendekati normal tetapi biji bakau tidak dapat mendekati daerah restorasi, maka dapat direstorasi dengan cara penanaman. Oleh karena itu habitat bakau dapat diperbaiki tanpa penanaman, maka rencana restorasi harus terlebih dahhulu melihat potensi aliran air laut yang terhalangi atau tekanan-tekanan lain yang mungkin menghambat perkembangan bakau (kusmana, 2005). Dahuri dkk (1996) menyatakan, terdapat tiga parameter lingkungan yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan mangrove, yaitu:

1. Suplai air tawar dan salinitas, dimana ketersediaan air tawar dan konsentrasi kadar garam (salinitas) mengendalikan efisiensi metabolik dari ekosistem hutan mangrove.
2. Pasokan nutrien: pasokan nutrient bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai proses yang saling terkait, meliputi input dari ion-ion mineral an-organik dan bahan organik serta pendaur ulangan nutrient.

Sumber : Makalah, Mahasiswa 2010

PENYEBARAN PEDUDUK YANG TIDAK MERATA

Di posting kali ini saya akan menuliskan tentang salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia, yaitu Penyebaran Penduduk Yang Tidak Merata, semoga ini bsa bermanfaat bagi pembaca.

sekarang jumlah penduduk di Indonesia telah menempati urutan keemoat terbesar di dunia. tingkat pertumbuhan penduduknya juga tinggi. sebenarnya jumlah penduduk yang besar bukanlah suatu masalah jika saja semua penduduk memiliki kualias SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik justru mereka akan memberikan kontribusi yang baik kepada negara.

Berikut adalah masalah penyebaran penduduk yang tidak merata di Indonesia:
Penyebaran Penduduk Tidak Merata

Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran anatar pulau, provinsi, kabupaten, maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya kurang dari 10% dari wilayah Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk Indonesia, perkembangan kepadatan penduduk di pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi, yaitu pada tahun 1980 sebesar 690 jiwa setiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa dan 1998 menjadi 938 jiwa per kilometer persegi.

Akibat dari penyebaran penduduk yang tidak merata yaitu luas lahan pertanian yang ada di pulau Jawa semakin berkurang karena telah di bangun perumahan dan pabrik-pabrik industri, tapi sebaliknya banyak lahan yang masih belum di manfaatkan yang berada di luar pulau jawa karena kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar pulau Jawa belum di manfaatkan secara optimal dan dibiarkan begitu saja tanpa adanya aktifitas pertanian. Dalam hal tersebut tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan wilayah yang merata dan untuk meningkatkan pertahanan negara.

Faktor-faktor penyebab tingginya tingkat migrasi ke pulau Jawa adalah:
- Karena sebagai pusat pemerintahan.
- Sebagian besar tanah yang ada di wilayah pulau jawa merupakan tanah vulkanis yang subur.
- Merupakan pusat kegiatan jual beli atau ekonomi dan industri sehingga banyak tersedia lapangan pekerjaan.
- Banyaknya tersedia berbagai macam jenjang pendidikan.
- Mempunyai sarana komunikasi yang baik.

Perpindahan penduduk dari desa ke kota di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Urbanisasi yang terus terjadi menyebabkan terjadinya pemusatan penduduk di sebuah kota. pemusatan di kota-kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan hidup seperti:

- Munculnya pemukiman liar.
- Banyaknya sungai yang tercemar karena dijadikan tempat buang sampah baik oleh masyarakat sekitar atau pabrik-pabrik industri.
- Terjadinya pencemaran udara karena asap pabrik dan asap kendaraan.
- Banyaknya terjadi tindak kejahatan.

Oleh karena itu sangat di butuhkan upaya untuk meratakan pertumbuhan penduduk di wilayah-willayah yang berada di luar pulau Jawa.

Upaya tersebut adalah:

- Pemerataan pembangunan di tiap-tiap daerah.
- Penciptaan lapangan pekerjaan di daerah-daerah yang jarang penduduk dan pedesaan.
- Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan lingkungan alamnya.

Dibandingkan dengan pulau Jawa penyebaran penduduk yang terjadi di Irian Jaya dan Kalimantan sangatlah berbeda jauh. Luas wilayah Irian Jaya yang mencapai 21,99% dari luas wilayah Indonesia memiliki penduduk hanya 0,92% dari seluruh penduduk Indonesia. Sedangkan pulau Kalimantan yang luasnya mencapai 28,11% dari luas wilayah Indonesia hanya memiliki penduduk 5% dari jumlah penduduk Indonesia.
Untuk mengatasi masalah penyebaran penduduk yang tidak merata maka di adakanlah program transmigrasi. Tujuannya adalah:

- Untuk meratakan penyebaran penduduk di Indonesia.
- Untuk meningkatkan taraf hidup transmigran.
- Untuk pengilahan sumber daya alam.
- Untuk pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
- Menyediakan lapangan pekerjaan untuk transmigran.
- Meningkatkan pertahanan wilayah Indonesia.

penyebaran penduduk yang tidak merata dapat berpengaruh terhadap lingkunagan hidup. Daerah-daerah yag padat penduduknya terjadi exploitasi sumber alam secara berlebihan sehingga berpengaruh pada keseimbangan alam. Sebagai contoh adalah wilayah hutan yang terus menyempit akibat di tebang untuk dijadikan lahan pertanian atau pemukiman, dan akibatnya terjadilah banjir karena kurangnya daerah resapan air hujan, terjadi kekeringan karena berkurangnya simpanan air tanah, dan sekitar hutan menjadi tandus karena terkena erosi.

Semoga posting ini bermanfaat bagi pembaca. Saya mendapat ide penulisan ini dari lingkungan sekitar saya.